Sungai

Majalah Sastra Horison Edisi Oktober 2014 Fotografer Bahrul Ulum A Malik

Kebahagiaan tumbuh dengan sabar
seperti rumput disusu embun.
Lumut adalah perumpamaan usiaku
dan Tuhan kita sama, duhai sahabat,

meski acapkali kita berbeda paham.
Setiap hari kita berebut peran
sebagai Samiri yang pandai
dan sesekali sebagai Zakaria

yang ragu saat ayat difirmankan.
Benarkah, oh Tuhan, sebab hamba
bukan manusia yang tanpa cela
dan terbebas dari lupa.

Dan di Hira sang Rasul pun bertanya:
apa yang harus kubaca?
Aku pun bertanya, apa yang kaucari
duh penyair? Di jaman hingar bingar iklan

dan waktu yang hancur
di kotak-kotak televisi. Tak ada lagi
nubuat seperti bagi Musa di Tursina
atau mukjizat bagi Isa

di Lembah Jordan. Mulut kita kadang
tak lagi suci
saat meneriakkan asma-asma Tuhan
yang kudus dan sunyi.

Kebahagiaan barangkali, duh sahabat,
ada dalam dusta kita masing-masing.
Dan biarlah asma-asma Tuhan
hadir dalam sepi, seperti sajak ini.

(2014)

Sulaiman Djaya
(Sumber: Koran Indo Pos, 27 September 2014 dan Majalah Sastra Horison Edisi Oktober 2014)

Leave a comment